KH Zuhri Zaini: Rezeki Melalui Pengabdian adalah Bekal Menuju Akhirat
KH Zuhri Zaini, dalam pengajian kitab Minhaj Al-Abidin karya Imam Al-Ghazali yang berlangsung pada Rabu, 18 Desember 2024, di Musholla Riyadus Sholihin Pondok Pesantren Nurul Jadid, menyampaikan tausiyah penting mengenai konsep rezeki dan pengabdian. Dalam tausiyahnya, beliau menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan rezeki kepada hamba-Nya melalui dua cara, yakni melalui pekerjaan dan pengabdian.
Menurut KH Zuhri Zaini, rezeki yang diperoleh melalui pekerjaan mencakup aktivitas seperti bertani, berdagang, atau berwirausaha. Sementara itu, rezeki melalui pengabdian dapat diperoleh dengan menjadi pegawai, staf, atau pejabat. Beliau menekankan bahwa kedua jalan ini harus dilandasi oleh niat yang lurus dan sesuai dengan tuntunan syariat.
Dalam pengabdian, beliau menegaskan pentingnya memaknai aktivitas tersebut sebagai ibadah yang bertujuan akhirat, bukan sekadar mencari gaji atau keuntungan duniawi. Harta yang diperoleh dari pengabdian, kata beliau, bukanlah tujuan utama, melainkan hanya fasilitas yang diberikan Allah untuk mempermudah kehidupan. Dengan menempatkan niat yang benar, pengabdian tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga menjadi jalan menuju keridhaan Allah.
KH Zuhri Zaini juga menjelaskan perbedaan antara bekerja dan mengabdi. Beliau menuturkan bahwa bekerja bersifat transaksional, di mana negosiasi tentang upah atau imbalan diperbolehkan karena sifatnya sebagai pertukaran jasa. Sebaliknya, mengabdi adalah bentuk ketulusan yang tidak melibatkan negosiasi, sebab pengabdian bertujuan untuk memberi manfaat tanpa mengharapkan imbalan material.
Sebagai ilustrasi, beliau menyebut perbedaan antara santunan dan hadiah. Santunan diberikan kepada mereka yang membutuhkan, sementara hadiah adalah bentuk apresiasi yang diberikan kepada seseorang meskipun ia tidak dalam kondisi memerlukannya. Perbedaan mendasar ini menggambarkan bagaimana niat dan tujuan menjadi hal utama yang menentukan nilai dari setiap amal.
Tausiyah KH Zuhri Zaini mengajak umat untuk meluruskan niat dalam pengabdian. Pengabdian sejati, menurut beliau, adalah amal yang tulus, dengan tujuan utama untuk mendapatkan keridhaan Allah dan menjadikan kehidupan dunia sebagai sarana menuju kehidupan akhirat yang lebih baik. Fasilitas duniawi yang menyertai pengabdian cukup dipandang sebagai anugerah yang patut disyukuri, bukan sesuatu yang harus dikejar atau menjadi prioritas utama.
Pesan ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi setiap individu untuk selalu menjaga niat yang lurus dalam setiap aktivitas, baik dalam bekerja maupun mengabdi. Dengan menempatkan tujuan akhirat di atas segalanya, pengabdian yang dilakukan akan menjadi bekal yang berharga untuk kehidupan selanjutnya. (*)
0 Komentar