PROBOLINGGO – Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton mendapat kehormatan dengan kedatangan dua ulama terkemuka dari al-Azhar, Kairo, Mesir, yakni Syekh Adel Mahmoud Muhammad Ali, seorang qari ahli qiraah asyroh sekaligus Imam Masjid al-Azhar, serta Syekh Emad Abdelnaby Mahmoud Abdelnaby, seorang pakar ushul fiqh dan Syekh al-Qur’an. Kunjungan mereka yang difasilitasi oleh Kementerian Agama Jawa Timur ini bertujuan untuk memberikan seminar serta tashih (perbaikan) bacaan qiraah bagi para santri dan pengurus Pusat Pengembangan Ilmu al-Qur’an (PPIQ) Nurul Jadid.
Wakil Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, Dr. KH. Najiburrahman Wahid, menegaskan bahwa kehadiran dua ulama besar ini adalah kesempatan langka bagi para santri untuk belajar langsung dari pakar qiraah asyroh dan ushul fiqh yang berasal dari pusat keilmuan Islam terkemuka di dunia.
"Berkunjungnya dua syekh al-Azhar ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi kita untuk menimba ilmu. Karena hal ini jarang terjadi bahwa bagaimanapun al-Azhar as-Syarif di Kairo, Mesir masih merupakan salah satu pusat keilmuan Islam dan pusat peradaban Islam saat ini. Di saat beberapa pusat keilmuan dan peradaban yang lain seperti di Suriah dan Yaman sedang gonjang-ganjing oleh perang," ujar Kiai Najiburrahman dalam sambutannya di Aula Pesantren 1, Ahad (9/3/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Najiburrahman yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Nurul Jadid Paiton menjelaskan secara singkat tentang sejarah dan sistem pendidikan pesantren ini. Ia menuturkan bahwa Pondok Pesantren Nurul Jadid didirikan oleh KH. Zaini Mun’im yang berasal dari Pulau Madura dan saat ini menaungi berbagai jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
"Pesantren Nurul Jadid ini mengikuti madzhab Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu Imam al-Asy’ari dalam hal aqidah dan mengikuti madzhab Imam Syafi’i dari segi fikih," jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa pesantren ini tetap berpegang teguh pada prinsip al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yang berarti menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.
Kegiatan bersama dua syekh al-Azhar ini diikuti oleh seluruh pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid serta delegasi dari tujuh lembaga di bawah naungan Yayasan Nurul Jadid dengan jumlah peserta mencapai 933 orang. Antusiasme tinggi terlihat sepanjang acara, dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif. Kehadiran para ulama dari al-Azhar ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi santri, tetapi juga menjadi penguatan atas tradisi keilmuan yang terus berkembang di Pondok Pesantren Nurul Jadid. (*)
0 Komentar